Hingga Datang Kepadamu Kematian | Griya Ilmu & Bisnis
 
Griya Ilmu & Bisnis
 
Rabu, 17 Agustus 2011

Hingga Datang Kepadamu Kematian

it's an information blog
Allah Tabaraka wa Ta’aala berfirman untuk hamba dan rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alahi wa sallam, “Beribadahlah kepada Rabbmu, hingga datang kepadamu al Yaqin.” Maksudnya: kematian. Makna ayat ini adalah, janganlah kamu berhenti beribadah hingga kamu mati. Maka batas beribadah itu adalah batas kehidupan. Seorang hamba yang shaleh, Isa ‘alahis salam berkata, “Dan Allah memerintahkan kepadaku untuk shalat dan zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Bahwasanya jika seorang manusia mati, terputuslah amal-amalnya…”[1] hadis ini mengisyaratkan, terputusnya amal tidak terjadi kecuali dengan kematian. Maka, jika berlalu ibadah saum pada bulan Ramadhan, seorang hamba tidak terputus dari ibadah saum. Karena ibadah saum tetap disyariatkan dalam satu tahun seperti saum tiga hari dalam setiap bulan, saum hari senin dan kamis, atau saum arafah. Jika berlalu salat malam (tarawih) di bulan Ramadhan, seorang hamba tidak terputus dari ibadah salat malam. Bagaimana tidak? Padahal Allah memuji orang-orang yang mengerjakan qiyam (salat malam) dengan firmannya:

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 16-17)

Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam.”[2]

Keadaan orang itu seperti yang digambarkan oleh Ibnul Qayyim –rahimahullah- :

Mereka menghidupkan malam mereka dengan ketaatan kepada Rabb mereka..
Dengan tilawah, kerendahan dan permohonan..
Dan air mata mereka mengalir..

Seperti hujan deras yang terus mengguyur..
Di malam hari mereka ahli ibadah dan saat mereka berhadapan..
Dengan musuh mereka, mereka pahlawan yang sangat pemberani..


Maka, ibadah itu disyariatkan terus-menerus dengan syarat-syaratnya. Seperti dzikrullah, Haji, Umrah yang wajib dan yang sunnahnya, amar makruf nahi munkar, menuntut ilmu, jihad dan yang lainnya. Bersemangatlah untuk konsisten dalam beribadah sesuai keluasanmu. Dan ketahuilah, bahwa diantara wasilah-wasilah agar meraih keteguhan diatas agama Allah dan ketaatan kepada-Nya adalah sebagai berikut:

  1. Berdoa memohon keteguhan diatas agama. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam rajin berdoa, secara khusus doa, “Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika.” (Wahai yang membolak-balik hati, teguhkanlah hatiku dalam agama-Mu)
  2. Sabar. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang Tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah Sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya. (Al-Ankabut: 58-59)
  3. Meneladani orang-orang shaleh. Allah azza wa jalla berfirman, “Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120)
  4. Dzikirullah dan tilawah Al Quran. Allah berfirman, “Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS. An-Nahl: 102)
  5. Menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya. Allah berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah: 11)

Al-Ilbiriy –rahimahullah- bersenandung tentang ilmu:

Ia ibarat pedang yang tajam, bukan yang tumpul..
Yang dapat melukai seorang prajurit dengan sabetannya..
Dan ibarat simpanan yang engkau tidak khawatir akan dicuri..
Ringan dibawa, selalu ada dimanapun engkau berada..

Bertambah dengan banyak diinfakkan..
Dan akan berkurang jika engkau terlalu menahannya..
Jika engkau telah merasakan rasa manisnya..
Maka engkau akan lebih mendahulukan belajar dan bersungguh-sungguh..

Karena makanan bagi ruh adalah ruh segala makna..
Bukan dengan sesuatu yang engkau makan dan engkau minum..

Jika Anda telah mengambil semua langkah-langkah ini atau sebagiannya, maka kemudian berhati-hatilah dengan racun hati. Ia adalah kemaksiatan. Berhati-hatilah dengan awal kemaksiatan. Ia adalah lintasan-lintasan pikiran. Lawanlah lintasan-lintasan itu agar tidak menjadi pikiran. Jika Anda tidak mampu, maka lawanlah pikiran itu agar tidak menjadi hawa nafsu. Jika Anda tidak melakukannya, hawa hafsu itu akan menjadi tekad dan niat. Jika Anda tidak melawannya, maka ia akan menjadi kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan. Itulah lima tahapan menuju kemaksiatan.

Terakhir, hendaknya Anda mengetahui bahwa orang-orang yang Allah ciptakan untuk masuk ke dalam surga akan selalu dikelilingi perkara-perkara yang tidak diinginkan. Sementara orang-orang yang Allah ciptakan untuk masuk neraka akan selalu dikelilingi oleh hawa nafsu. Surga dikelilingi oleh perkara-perkara yang dibenci sementara neraka dikelilingi oleh perkara-perkara yang disukai hawa nafsu. Maka bagaimana mungkin orang yang berakal akan menjual surga beserta segala isinya dengan hawa nafsu yang sesaat?

Jika Anda mengatakan: Sesungguhnya meninggalkan hawa nafsu itu sangat sulit. Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya kesulitan itu terjadi kepada orang yang meninggalkan hawa nafsu karena selain Allah. Adapun orang yang meninggalkannya dengan kesungguhan dan ikhlas, ia tidak akan mendapati kesulitan dan kesukaran dalam meninggalkannya. Kecuali pada awalnya saja. Agar ia teruji apakah sungguh-sungguh dalam meninggalkannya atau hanya sebuah kedustaan belaka.

Jika Anda sabar menghadapi kesulitan yang di awal itu, kelak selanjutnya ia akan berubah menjadi kelezatan, sebagai karunia dan kenikmatan dari Allah. Karena siapapun yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik.

Diantara contohnya adalah orang-orang muhajirin dahulu yang berhijrah meninggalkan harta, negeri dan orang-orang yang mereka cinta karena Allah. Allah mengganti bagi mereka rizki yang luas kekuatan di dunia dan. Begitu juga Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, ketika beliau meninggalkan kaumnya, bapaknya dan segala yang mereka sembah selain Allah, Allah mengaruniakan kepadanya Ishaq, Ya’qub dan keturunan yang shaleh.

Adapun Yusuf ‘alaihis salam, ketika ia mampu mengendalikan hawa nafsunya dan berusaha menjaganya dari perbuatan zina dengan istri raja dengan segala keleluasaan yang ada di istana raja dan kerajaannya, kemudian ia bersabar dalam penjara, bahkan ia menginginkannya agar ia dapat jauh dari areal kerusakan dan fitnah, Allah ganti dengan memberinya kekuatan di muka bumi. Sehingga ia dapat berbuat dan menikmati segala yang diinginkannya dari perkara yang Allah halalkan berupa harta, wanita dan kekuasaan. Maka, siapapun yang meninggalkan segala yang diinginkan hawa hafsunya 
karena Allah, Allah akan ganti dengan cinta, ibadah dan inabah yang kelezatannya melebihi segala kelezatan dunia.”[3]
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah azza wa jalla, melainkan akan Allah ganti dengan sesuatu yang lebih baik darinya.”[4]

Sesungguhnya yang ada dalam hati masih banyak. Akan tetapi saya cukupkan tali kekang dengan sesuatu yang cukup dapat mengikat, dan aku katakan:

Dalam hati ada ragam kebutuhan dan padamu ada kecerdasan..
Diamku menjadi penjelasan dan pembicaraan tentangnya..

Ya Allah, ihlamkanlah kepadaku petunjukku dan lindungilah kami dari keburukan jiwa-jiwa kami. Segala puji bagi Allah pertama dan terakhir. 
 


[1] HR Muslim (8/65)
[2] HR Muslim (3/169)
[3] Dinukil dengan sedikit perubahan dari “Al Qawaid Al Hisan li Tafsir Al Qur`an”, As-Sa’dy –rahimahullah-, hal. 197
[4] Dikeluarkan oleh Waki’ dalam “Az-Zuhdu” (2/635, no. 356), dan disebutkan Al Haitsami dalam “Al Majma’” (10/296) dan berkata, “Diriwatkan oleh Ahmad dan semua rijalnya rijal shahih.”
 
----------------------------------------
 

0 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar

Tinggalkan pesan anda disini :

Updates Via E-Mail