Mu’adz bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِى مِنَ النَّارِ. قَالَ « لَقَدْ سَأَلْتَنِى عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ الْبَيْتَ »
“Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka?” Beliau bersabda, “Sungguh engkau telah bertanya tentang perkara yang sangat agung, dan perkara itu adalah mudah, bagi siapa pun yang Allah mudahkan baginya: yaitu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melakukan saum di bulan ramadhan dan menunaikan haji…”[1]
Untuk tujuan masuk ke dalam surga dan selamat dari api neraka Allah menurunkan kitab-kitab suci dan mengutus para rasul. Allah berfirman:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. An-Nahl: 36)
Tujuan itu tidak akan pernah teraih kecuali dengan ibadah, beribadah kepada Allah ta’aala sebagaimana yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang. Jika Anda bertanya tentang ibadah, maka ia adalah: Segala perbuatan, baik yang lahir atau yang tersembunyi, yang dicintai dan diridhai oleh Allah ta’aala. Dan ketahuilah, bahwa tidak ada yang mampu beribadah kecuali orang yang Allah mudahkan baginya hidayah. Orang yang tidak Allah mudahkan baginya, maka tidak mudah baginya beribadah kepada Allah. Allah-lah tempat meminta pertolongan. Oleh karena itu diantara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “….Berilah petunjuk kepadaku dan mudahkanlah bagiku hidayah.”[2]
Siapapun yang sudah diberikan kemampuan untuk beribadah dan konsisten di dalamnya, maka bergembiralah dengan surga dan dengan keselamatan dari api neraka. Dan bagi yang belum diberikan kemampuan, mohonlah kepada Allah agar Allah mengaruniakan rahmat-Nya. Karena jika tidak, maka ia akan menjadi orang yang hina.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Maka, siapapun yang ingin kebahagian, konsistenlah dalam beribadah karena disanalah ia akan mendapatkannya. Jika suatu saat terjatuh kepada dosa, maka hendaknya ia bersegera untuk kembali kepada Allah ta’aala. Karena Allah yang Mahatinggi senantiasa memuji orang-orang yang bertobat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba melainkan ia memiliki dosa yang dilakukannya kadang-kadang, atau dosa yang kerap dilakukannya hingga ia meninggal dunia. Seorang mukmin diciptakan dalam keadaan terfitnah (berpotensi terjatuh kepada dosa), bertaubat dan suka lupa, jika diingatkan, ia ingat.”[3] Maka sungguh indah kembali kepada Allah dan menangis dihadapan-Nya.
Al-Ilbiriy –rahimahullah- berkata:
Burung dara padang pasir memanjangkan tangismu ...
Dengan haq Rabbmu apa yang membuatmu menangis ...
Jika benar apa yang aku sangka sesungguhnya padaku ...
Ada rasa sakit dan kesedihan yang lebih daripada yang ada padamu ...
Aku mengira engkau telah diperdaya dengan perpisahan ...
Dari kesenangan, maka engkau menjadi gundah karenanya ...
Akan tetapi yang aku keluhkan dari dalamnya kesedihanku ...
Berbeda dengan kesedihan yang engkau keluhkan ...
Sungguh aku menangisi dosa-dosa dan belenggunya ...
Dan cita-citaku pada keluhanku adalah meraih kebebasanku ...
Jika aku mengangis aku memohon rahmat kepada Rabbku ...
Dan kemaafaan, maka tangisku bukanlah tangismu ...
[1] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, no. 1616, ia berkata: hasan shahih.
[2] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (5/517, no. 3551), ia berkata: hadis hasan shahih.
[3] Diriwayatkan oleh At-Thabarani dalam “Al Kabir” no. 11810 dari hadis Abdullah bin Abbas –radhiyallahu ‘anhu- dan dishahihkan oleh Al Albani –rahimahullah- dalam “As Silsilah As Shahihah” (5/346, no. 2276)
--------------------------------------
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar
Tinggalkan pesan anda disini :